Selasa, 31 Mei 2011

Ceritalah Indonesia, @Karim Raslan

Setelah membaca bukunya, yang merupakan kumpulan esai-esai tentang Indonesia, didapati sudut pandang yang berbeda tentang indonesia, bagaimana dia memandang suatu topik dari sudut netralnya sebagai penulis, dan bagaimana dia memandang indonesia dengan posisinya sebagai warga negara malaysia, menimbulkan cerita baru menimbulkan pro dan kontra serta menambah luas pandangan kita terutama mengenai hubungan Indonesia-Malaysia, dalam bukunya yang mengulas mengenai Indonesia pasca Suharto terutama persoalan ekonomi politik. seni, budaya, social serta sejarah, kemudian Pada esai Politik-Ekonomi menulis tentang pertarungan Islam Liberal dan Islam Literal, Pelacur dan Ulama di Indonesia: sebuah Pelajaran tentang Pencerahan Iman hingga Bank Century dan Dosa-Dosa Kelalaian, Sementara dalam esai sejarah dan budaya, Karim Raslan menulis tema besar berjudul Hubungan Dua Negara yang diisi dengan beberapa sub tema seperti Hikayat Dua Bangsa Melayu, Mereka Hanya Mau MyKad, Melihat Lebih Jauh dari Ambalat, Gus Dur Versi Malaysia? dan Konflik Malaysia-Indonesia, bisa dibilang telah mewakili sejarah perjalanan negeri ini, yang menarik adalah pendekatan yang dilakukannya dalam menggali informasi tergolong unik, yaitu dengan menggunakan metode “ceritalah” yang merupakan budaya masyarakat melayu dalam melakukan iteraksi antar individu, dengan menciptakan suasana santai dan kekeluargaan saling bertukar cerita sampai pada hal-hal yang sangat personal.
Sebagai orang malaysia Karim Raslan memiliki ikatan emosional dengan Indonesia karena tidak bisa dipungkiri kedua negara ini begitu sama, begitu terkait dalam banyak hal (bahasa,budaya,agama makanan dan selera humor) sehingga secara jujur Karim Raslan mengatakan Indonesia sekarang jauh lebih terbuka, demokratis dan ekspresi publik yang besar sementara Malaysia masih sangat feudal. Pandangannya tersebut membuatnya yakin Indonesia berpotensi menjadi Raksasa Asia Tenggara.

Ada cerita baru yang saya dapat dari buku ini, yang merupakan awal konfrontasi Indonesia-Malaysia, bahwa sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, sudah terjalin hubungan antar pejuang Indonesia yang melawan penjajahan Belanda dan pejuang Malaysia yang menentang penjajahan inggris, mereka sepakat memerdekakan wilayah jajahan Hindia Belanda dan wilayah jajahan Inggris di Malaya (wilayah rumpun bangsa Melayu). Namun indonesia tidak menepati janjinya untuk memproklamasikan kemerdekaannya secara serentak dari penjajah, sehingga Malaysia harus merdeka pada 1957 setelah Inggris memberinya kemerdekaan, sehingga Malaysia menganggap tindakan yang dilakukan Indonesia merupakan tindakan yang meninggalkan kawan, sedangkan pihak Indonesia memberi alasan bahwa jika Indonesia ikut campur dalam persoalan Malaysia, maka Indonesia akan berhadapan langsung dengan dua penjajah; Inggris dan Belanda. Bagi Indonesia lebih baik memusatkan kekuatan untuk berhadapan dengan Belanda yang merupakan negara mini di Eropa daripada harus berhadapan juga dengan Inggris yang waktu itu merupakan negara pemenang perang duniaII.

buku ini sangat menarik dan mutakhir, tidak rugi untuk dimiliki

Tidak ada komentar:

Posting Komentar