Hari kamis kemaren kami mendapat kunjungan dari menbudpar, pak Jero Wacik, dalam kunjungan tersebut beliau berkesempatan menjadi pembina pada apel pagi, dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan ceramah.
Ceramah yang diberikan berjudul “Membangun karakter pribadi, untuk membangun bangsa”,yang diawali beliau dengan bercerita tentang pengalaman dan kisah2 motivasi, beliau mengawalinya dengan tanggapan terhadap dirinya yang dikenal sebagai menteri gaul, dengan senyum beliau mengatakan bahwa sebagai menbudpar memang harus gaul, harus banyak senyum, karena tujuan utama pariwisata adalah promosi.
Pak menteri bercerita bahwa semasa sekolah beliam merupakan sosok yang jenius, mendapatkan nilai 10 merupakan hal yang biasa, sampai2 pernah diminta menggantikan guru untuk untuk mengajar. Disamping sebagai orang yang pintar, beliau mengakui masa kecilnya berada dalam balutan kemiskinan yang hampir membuatnya putus asa untuk mewujudkan cita2nya, yaitu bersekolah di ITB (sekolahan Bung Karno), impian untuk merengkuh pendidikan di ITB diawali sebuah kisah “pada saat beliau masih berada pada sekolah dasar, pada saat itu presiden pertama mengadakan kunjungan ke Bali, dan pak menteri yang masih kecil ikut serta menyambut Presiden dan berkesempatan bersalaman dengan Bung Karno, yang juga mengusap2 kepala beliau sambil berkata, Belajar yang Benar ya.. (kira2 seperti itu)”. Kisah tersebut melatarbelakangi cita2 tinggi pak menteri dan mengantarkannya untuk mewujudkannya dan bermuara pada keberhasilan. Impian masuk ITBpun terwujud dengan tiga setengah tahun beliau berhasil menuntaskan study (jenius bukan), tentunya tiga setengah tahun itu dilalui dengan berdarah-darah, berbagai masalah terutama ekonomi menghimpit beliau, tetapi pak menteri berhasil membuktikan bahwa kemiskinan bukan alasan utuk tidak berhasil.
Dalam ceramah pak menteri menghimbau agar kita sebagai bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang dikenal berbudaya menerapkan nilai2 luhur dalm kehidupan pribadi, yaitu dengan bertingkah laku selaras dengan norma, dan moral dasar bangsa, menghargai kebhinekaan dan mengamalkan Pancasila. Kesalahan generasi ini adalah kurangnya penghrgaan dan pemahaman terhadap dasar negara yang memiliki fungsi ganda sebagai penuntun kehidupan bangsa, coba pahami, resapi dan amalkan hal tersebut (Pancasila) sudah cukup untuk membuat hidup ini tentram sesuai harapan. Disamping itu beliau juga memaparkan 25 karakter yang mampu membentuk pribadi yang mantap sehingga mampu, membangun bangsa.
Secara khusus beliau menyinggung munculnya kelompok2 garis keras yang berusaha menggoyahkan keutuhan bangsa, yang sebenarnya hanya sebagian kecil dari kebhinekaan Indonesia, sehingga tugas kita sebagai tunas bangsa adalah meredam hal tersebut, menjadi penengah serta menjadi perekat dengan wawasan kebangsaan yang kita miliki, modrenisasi dan globalisasi merupakan tantangan yang kemudian harus kita hadapi dengan kearifan lokal. Pak menteri juga menghimbau barisan para pendidik bangsa, agar menanamkan semangat kebangsaan, disamping materi yang diberikan sehingga karakter tersebut tertanam bersamaan dalam proses pendidikan.
Dalam ceramah tersebut beliau hanya sedikit menyinggung tentang pariwisata, pak menteri hanya mengungkapkan bahwa pariwisata Indonesia tidakkalah malah potensi yang ada melebihi yang ada pada negara-negara lain, tinggal masalah pencitraan yang perlu dibenahi. Di akhir acara pak menteri juga menghimbau pengunaan produk lokal dalam keseharian kita, karena terbukti produk-produk lokal tidak kalah dengan produk luar.
Pesan-pesan dalam ceramah di atas merupakan ungkapan kepedulian dan tanggungjawab beliau untuk generasi muda indonesia, Pak Menteri berharap dengan pribadi yang kuat, pembangunan secara menyeluruh dapat dicapai, sehingga pencitraan yang negatif terhadap bangsa ini mampu ditepis. Selama ini memang banyak pihak yang memproyeksikan keadaan bangsa ini dengan berlebihan seakan-akan besok akan hancur, menampilkan kekacauan ke permukaan secara tidak seimbang, sehingga bangsa ini sepertinya akan bubar. Menurut kaca mata saya benar juga yang disampaikan oleh Pak Menteri, masih ada Indonesia, bangsa ini masih berbudaya, masih banyak hal2 baik yang tidak terekspos, tidak dimunculkan, hanya tersembunyi dibalik publikasi yang tidak berimbang.
Pak menteri bercerita bahwa semasa sekolah beliam merupakan sosok yang jenius, mendapatkan nilai 10 merupakan hal yang biasa, sampai2 pernah diminta menggantikan guru untuk untuk mengajar. Disamping sebagai orang yang pintar, beliau mengakui masa kecilnya berada dalam balutan kemiskinan yang hampir membuatnya putus asa untuk mewujudkan cita2nya, yaitu bersekolah di ITB (sekolahan Bung Karno), impian untuk merengkuh pendidikan di ITB diawali sebuah kisah “pada saat beliau masih berada pada sekolah dasar, pada saat itu presiden pertama mengadakan kunjungan ke Bali, dan pak menteri yang masih kecil ikut serta menyambut Presiden dan berkesempatan bersalaman dengan Bung Karno, yang juga mengusap2 kepala beliau sambil berkata, Belajar yang Benar ya.. (kira2 seperti itu)”. Kisah tersebut melatarbelakangi cita2 tinggi pak menteri dan mengantarkannya untuk mewujudkannya dan bermuara pada keberhasilan. Impian masuk ITBpun terwujud dengan tiga setengah tahun beliau berhasil menuntaskan study (jenius bukan), tentunya tiga setengah tahun itu dilalui dengan berdarah-darah, berbagai masalah terutama ekonomi menghimpit beliau, tetapi pak menteri berhasil membuktikan bahwa kemiskinan bukan alasan utuk tidak berhasil.
Dalam ceramah pak menteri menghimbau agar kita sebagai bangsa Indonesia, sebagai bangsa yang dikenal berbudaya menerapkan nilai2 luhur dalm kehidupan pribadi, yaitu dengan bertingkah laku selaras dengan norma, dan moral dasar bangsa, menghargai kebhinekaan dan mengamalkan Pancasila. Kesalahan generasi ini adalah kurangnya penghrgaan dan pemahaman terhadap dasar negara yang memiliki fungsi ganda sebagai penuntun kehidupan bangsa, coba pahami, resapi dan amalkan hal tersebut (Pancasila) sudah cukup untuk membuat hidup ini tentram sesuai harapan. Disamping itu beliau juga memaparkan 25 karakter yang mampu membentuk pribadi yang mantap sehingga mampu, membangun bangsa.
Secara khusus beliau menyinggung munculnya kelompok2 garis keras yang berusaha menggoyahkan keutuhan bangsa, yang sebenarnya hanya sebagian kecil dari kebhinekaan Indonesia, sehingga tugas kita sebagai tunas bangsa adalah meredam hal tersebut, menjadi penengah serta menjadi perekat dengan wawasan kebangsaan yang kita miliki, modrenisasi dan globalisasi merupakan tantangan yang kemudian harus kita hadapi dengan kearifan lokal. Pak menteri juga menghimbau barisan para pendidik bangsa, agar menanamkan semangat kebangsaan, disamping materi yang diberikan sehingga karakter tersebut tertanam bersamaan dalam proses pendidikan.
Dalam ceramah tersebut beliau hanya sedikit menyinggung tentang pariwisata, pak menteri hanya mengungkapkan bahwa pariwisata Indonesia tidakkalah malah potensi yang ada melebihi yang ada pada negara-negara lain, tinggal masalah pencitraan yang perlu dibenahi. Di akhir acara pak menteri juga menghimbau pengunaan produk lokal dalam keseharian kita, karena terbukti produk-produk lokal tidak kalah dengan produk luar.
Pesan-pesan dalam ceramah di atas merupakan ungkapan kepedulian dan tanggungjawab beliau untuk generasi muda indonesia, Pak Menteri berharap dengan pribadi yang kuat, pembangunan secara menyeluruh dapat dicapai, sehingga pencitraan yang negatif terhadap bangsa ini mampu ditepis. Selama ini memang banyak pihak yang memproyeksikan keadaan bangsa ini dengan berlebihan seakan-akan besok akan hancur, menampilkan kekacauan ke permukaan secara tidak seimbang, sehingga bangsa ini sepertinya akan bubar. Menurut kaca mata saya benar juga yang disampaikan oleh Pak Menteri, masih ada Indonesia, bangsa ini masih berbudaya, masih banyak hal2 baik yang tidak terekspos, tidak dimunculkan, hanya tersembunyi dibalik publikasi yang tidak berimbang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar